Barol'S Production Melayani Jasa Video Shooting dan Foto Digital berbagai acara dan kegiatan. HP : 0821 3596 5681

Daftar Isi Blog

Jumat, 02 Januari 2015

Pengertian Dasar Seni Lukis

Pengertian Dasar Seni Lukis

Dalam cipta karya seni lukis, dituntut pengetahuan dan spesialisasi bidang keahlian seni lukis, karena itu diperlukan pengetahuan atau pengertian dasar seni lukis sebagai pondasi proses kreatif yang dilakukan oleh sang seniman.

1. Ruang lingkup seni lukis

Pengertian seni lukis telah banyak disebutkan dan difinisikan oleh para pakar seni, namun secara umum, tak satupun definisi yang dapat memuaskan dan diterima oleh semua orang. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya seni lukis itu memiliki keberagaman yang tinggi dan memiliki banyak aliran, yang satu sama lain mempunyai persamaan dalan satu sisi, juga tidak jarang saling bertentangan secara diametral dalam sisi yang lain. Dari sekian banyak definisi yang disebut oleh para pakar seni itu, di sini kita pilih salah satu definisi sebagai bekal dasar yang cukup relevan untuk memahami pengertian seni lukis.

Jika dilihat dari sisi teknis, lukisan merupakan penggunaan pigmen atau wama dengan menggunakan bahan pelarut yang dibubuhkan di atas permukaan bidang dasar, misalnya pada kanvas, sebagai media untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, tekstur, gerakan, untuk mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif, baik yang bersifat emosional, intelektual, simbolik, relegius, dan lain sebagainya.

Seorang pakar seni lukis, Herbert Read mengatakan bahwa seni lukis merupakan penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada suatu permukaan, yang bertujuan untuk menciptakan berbagai image. Image-image tersebut bisa merupakan hasil ekspresi dari ide-ide, emosi, dan pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tercapainya harmoni. Adapun pengalaman yang dituangkan dalam lukisan adalah pengalaman yang berisi keindahan atau pengalaman estetik.

Menurut seorang pakar seni lukis lain yang bernama Edmund Burke Feldman, pengekspresian itu menggunakan :
  1. Unsur-unsur visual, yang terdiri atas garis, warna, bentuk, tekstur dan ruang atau gelap terang 
  2. Organisasi dari unsur-unsur tersebut, yang meliputi kesatuan, keseimbangan, irama dan perbandingan ukuran. 

Seorang kritikus seni rupa bernama Dan Suwaryono mengemukakan bahwa seni lukis memiliki dua faktor.
  1. Faktor Ideoplastis: ide, pengalaman, pendapat, emosi, fantasi, dan lain-lain. Faktor ini lebih bersifat rohaniah sebagai dasar penciptaan seni lukis. 
  2. Faktor Fisioplastis: yang meliputi hal-hal yang menyangkut masalah teknis, termasuk organisasi elemen-elemen visual seperti garis, ruang, warna tekstur, bentuk (shape) dengan prinsip-prinsipnya. Faktor ini lebih bersifat fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri.


Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 1. Lukisan Vector Art
Seni lukis merupakan wujud ekspresi yang harus dipandang secara utuh. Keutuhan wujud itu, terdiri atas ide dan organisasi elemen-elemen visual. Elemen-elemen visual tersebut disusun sedemikian rupa oleh seniman lukisan dalam bidang dua dimensi.
Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 2. gaya pelukisan ekspresionisme

Pengertian seni lukis sebenarnya mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari sebuah definisi, karena seni lukis juga memiliki beragam istilah, misalnya lukisan dinding, lukisan miniatur, lukisan pottery, lukisan jambangan, lukisan mosaik, lukisan potret, lukisan manuskrip, lukisan enamel, lukisan kaca, lukisan teknologis yang dibuat dengan menggunakan media elektronik, seperti komputer. Perhatikan lukisan pada Gambar 1, lukisan tersebut dikenal sebagai lukisan vector art, dikerjakan dengan komputer, dan hasilnya cukup realistis. Bandingkan dengan lukisan  karya Soedjojono pada Gambar 2 yang berjudul "Di Depan Kelambu Terbuka", lukisan tersebut dikerjakan secara manual dan menampilkan gaya pelukisan ekspresionisme. Seni lukis yang lebih populer di tengah masyarakat dan diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan kesenian pada dasarnya adalah easel painting, jenis lukisan yang ukurannya lebih kecil dari lukisan dinding atau mural. Sejenis seni lukis yang lebih fleksibel, karena para seniman pelukis dapat membawa easel yang praktis itu keberbagai lokasi untuk melakukan karya melukis di alam bebas, di samping itu, dapat pula digunakan berkarya di studio seni lukis.

Berikut ini disajikan beberapa hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan seni lukis.


2. Unsur Visual

a. Garis

Sebuah titik dalam ukuran kecil sudah punya tenaga yang cukup untuk merangsang mata dan dapat berperan sebagai sebuah awal. Jika titik tersebut digerakkan, maka dimensi perpanjangnya akan jadi tampak lebih menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut dengan ‘garis’. Garis bisa berupa goresan yang dibuat di permukaan sebuah bidang, akan tetapi garis dapat juga mewakili sebuah tongkat, tiang bendera, kawat, pancaran sinar, sebilah tombak, ruang antara dua bangunan atau dinding, jalanan, sungai, kontur pegunungan, bangunan, kontur pegunungan, batas dinding dengan lantai, dan seterusnya.

Sebuah daris dapat memberikan kita kesan gerak, ide, atau simbol. Pada karya seni lukis, sebuah atau lebih garis dapat mengekspresikan suasana emosi tertentu, misalnya perasaan bahagia, sedih, kacau, bingung, marah, teratur, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat kita buat tebal, tipis, kasar, halus, lurus, memanjang, pendek, putus-putus, melengkung, berombak, patah-patah dan banyak lagi. Unsur garis juga dapat membangun membangkitkan kesan tertentu, misalnya garis horisontal kesannya tenang, tidak bergerak, dan lebar. Sementara garis vertikal berkesan agung, stabil, dan tinggi, sedangkan garis diagonal berkesan jatuh dan bergerak.

Garis merupakan salah satu elemen yang penting dalam seni lukis. Pedoman seni yang penting sebagaimana juga yang terdapat dalam hidup. Semakin nyata, tajam dan kuat garisnya, maka makin sempurna hasil seninya.
Garis dapat diciptakan melalui
(1) kontur, garis paling luar dari benda yang dilukis,
(2) Batas pemisah antara dua warna atau cahaya terang dan gelap,
(3) lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus, dan
(4) batas antara dua tekstur yang berlainan.

Dalam Kebudayaan Timur, para seniman pelukis sangat terpesona oleh kekuatan garis, baik di India, Cina, Jepang, maupun Indonesia. Untuk memahami kekuatan garis dalam seni lukis, bisa kita lihat bahwa lukisan Cina klasik bersifat grafis yang memberikan kesan lembut, puitis, penuh irama yang terkendali, juga menimbulkan efek perasaan tenteram. Sebaliknya jika kita lihat karya-karya dari Vincent van Gogh, ia banyak menggunakan garis pendek, patah-patah yang menimbulkan efek yang keras tegar sehingga menimbulkan kesan ledakan dan pemberontakan. Di dunia Barat, bisa kita lihat karya-karya dari Pablo Picasso, Henry Matisse, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang kuat dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur dan mengikuti kata batin, akan kita temukan identifikasi seseorang. Dengan garis dapat lahir bentuk, tapi juga bisa mengesankan suatu tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume, semua itu akan melahirkan suatu perwatakan.”

Dari uraian di atas kiranya dapat dimengerti, bahwa unsur garis dalam suatu lukisan dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam seni lukis memang haurs memerlukan latihan yang intensif dan kontinu sehingga bakat kita akan berkembang secara optimal.

b. Warna

Seperti yang pernah kita pelajari dalam ilmu fisika, warna ditimbulkan oleh sinar matahari, sinar matahari yang disorotkan ke sebuah kaca prisma akan terurai menjadi beberapa sinar warna, yang disebut spektrum warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang tertentu yang kemudian sampai pada mata kita, sehingga kita dapat melihat wama tertentu.

Secara fisik, ada dua jenis penerima cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerap cahaya. Secara fisiologi, stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga dapat merangsang mekanisme mata kita, kemudian rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke otak, sehingga kita dapat mengenali warna-warna itu. Telah dibuktikan secara psikologis bahwa warna dapat mempengaruhi kegiatan fisik maupun mental orang yang melihatnya. Reaksi manusia terhadap wama bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya sensitivitas setiap manusia berbeda kepada warna-warna. Pada pelbagai aliran seni lukis dalam sejarah seni rupa telah dikenal manifenstasi tatawarna tertentu, misalnya skema warna Rembrandt, skema warna klasik, dan lain sebagainya. Peran warna dalam seni lukis sangat esensial, baik pada masa pra modern, masa modem, maupun masa posmodern. Pada umumnya para seniman pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak, ruang, bentuk, tegangan, deskripsi rupa alam, naturalis, ekspresi atau makna simbolik. Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana peran warna dalam seni lukis, berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna, warna objek, pigmen, yang seluruhnya sangat menentukan kualitas penciptaan sebuah lukisan.

c. Sifat Warna

Dalam teori warna dikenal ada tiga sifat optis, yaitu: hue, value, dan saturation. Hue merupakan tingkat kepekatan wama, misalnya merah, merah oranye, atau hijau, biru, biru keunguan dan seterusnya. Value merupakan fenomena kecemerlangan dan kesuraman wama. Nilai rendah menunjukkan warna yang cenderung suram atau kegelapan, sementara nilai tinggi menunjukkan kecenderungan warna yang terang dan cemerlang. Misalnya gejala demikian dapat kita lihat pada skala derajat warna abu-abu dari hitam ke putih. Sedangkan saturation merupakan intensitas nada warna untuk menunjukkan wama-wama menyala, dan warna-warna yang suram. Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin tidak murni penggunaan warna menyebabkan semakin rendah intensitasnya. Pada tahun 1940-an seni lukis Affandi menggunakan warna-wama suram atau kusam secara dominan,tapi  kemudian lukisannya berkembang kepenggunaan warna-wama cerah. Lihat Gambar 3, Karya Affandi Potret Diri dan Matahari, 1977, yang menggunakan warna-warna cerah.
Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 3. Karya Affandi Potret Diri dan Matahari

d. Notasi Warna

Notasi warna merupakan sistem klasifikasi atau identifikasi warna menurut sifat-sifat optisnya. Dalam konteks ini dikenal Sistem Munsell,  Sistem Plochere, Sistem Ostwald, dan Sistem Maxwell. Tatanan warna dalam the hues of the spectrum terdapat pada warna pelangi di alam. Sedangkan dalam lingkaran warna, color circle, dapat dilihat warna primer, merah, biru, dan kuning. Warna skunder, adalah hijau, ungu, oranye, dimana ketiganya merupakan hasil pencampuran warna primer. Warna komplementer letaknya bertolak belakang pada lingkaran warna, misalnya merah dengan hijau, biru dengan oranye, serta kuning dengan ungu. Terang dan gelap diungkapkan dengan warna putih dan hitam. Sedangkan wama abu-abu merupakan warna netral. Jika hue adalah nilai kecerahan dan kecemerlangan wama, maka chroma adalah sifat kualitas, intensitas, dan kejernihan warna.

e. Warna-Warna Antara

Setelah warna primer, warna skunder, dan warna komplementer, dikenal pula warna-warna antara (intermediate color), contoh warna-warna antara ini adalah merah oranye, merah ungu, biru ungu, hijau biru, kuning hijau, dan oranye kuning. Dalam teori warna, jumlah warna ada delapan puluh warna.

f. Warna Hangat dan Warna Sejuk

Dari lingkaran wama dapat pula ditentukan warna hangat- panas dan warna sejuk-dingin, Warna yang memberi efek kehangatan misalnya warna merah, oranye dan kuning, sedangkan wama hijau dan biru memberikan efek yang menyejukkan.

g. Warna Kromatik dan Akromatik

Warna kromatik (chromatic color), terdiri dan warna hitam, putih, dan abu-abu, selebihnya termasuk warna akromatik (achromatic color), seperti merah, hijau, biru, coklat, oranye dan seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal sering diartikan sebagai warna kromatik, sementara penggunaan warna meriah yang menggunakan banyak warna, disebut polychromatic. Pengertian ini dapat kita terjemahkan dari penglaman keseharian, pada saat kita mendekati wama api yang merah, kita tentu merasa hangat, dan jika terlalu dekat kita bisa kepanasan. Sementara jika seseorang berada di daerah pegunungan yang hijau atau gunung yang kebiruan, ia akan merasakan iklim yang sejuk. Asosiasi kita mengenai pengalaman nyata seperti itu menyebabkan kita mengartikan sifat warna menjadi hangat-panas bagi warna merah, oranye dan kuning, sedangkan efek menyejukkan atau dingin diberikan oleh warna hijau dan biru memberikan.

h. Warna Objek dan Warna Pigmen

Warna objek merupakan warna yang terkena sinar warna spektrum, yang mengenai mekanisme mata seorang pengamat adalah warna spektrum tersebut yang memiliki panjang gelombang tertentu dan dipantulkan oleh objek pengamatan. Jika objeknya merah, maka warna spektrum merah dengan panjang gelombang merahlah yang dicerap mata pengamat. Ini berarti pantulan warna tersebut adalah pantulan warna merah, sedangkan sisanya diserap oleh permukaan objek tersebut. Warna pigment yang berupa bubuk halus yang disatukan dengan zat pengikat merupakan warna cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat poster, cat minyak, cat gouache, cat tempera, cat akrilik, dan lain sebagainya.

3. Ruang

Ruang merupakan keluasan dari suatu bidang atau permukaan. Dalam Design Elementer disebutkan bahwa ruang bisa dikatakan bentuk dua atau tiga dimensional, bidang atau keluasan. Keluasan tersebut bersifat positif atau negatif yang dibatasi oleh limit. Berbeda dengan pengertian garis, ruang memiliki 2 dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. Ruang mempunyai gerakan arah dan ciri umum seperti halnya: diagonal, horisontal, lurus, bergelombang, melengkung dan lain-lainnya. Untuk memperjelas hal tersebut, maka batasan utama yang paling sesuai untuk ruang adalah keleluasaan dari satu bidang atau permukaan yang memiliki bentuk dua dimensional.

4. Tekstur

Pada umumnya pelukis memanfaatkan tekstur yang merupakan kualitas dari suatu permukaan, nilai kesan raba atau berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur penggambaran permukaan objek, seperti buah-buahan, batu, kain, kulit, rambut, barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa kasar, halus, lunak, keras, berbutir, bisa juga kasar atau licin, teratur, atau tidak beraturan, sesuai dengan kualitas yang akan diekspresikan sang pelukis.
Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 4. Lukisan Ahmad Sadali
Tekstur bisa dibuat dengan cat yang dicampur dengan bahan-bahan lain di atas kanvas, seperti modeling paste, bubuk marmar, pasir, dan lain lain. Pada umumnya tekstur digunakan tidak untuk semata-mata dari segi teknis, tetapi juga mengacu kepada substansi lukisan, atau ekspresi lukisan. Jika nilai ekspresi merupakan unsur pokok lukisan, maka pemanfaatan tekstur dapat menjadi pendukung pengejawantahan nilai ekspresi itu sendiri. Para pelukis dapat memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi, fokus atau kesatuan. Kesemuanya itu dapat terjadi dengan kesengajaan yang dilakukan oleh pelukis, maupun karena sifat dari media itu sendiri yang dipakai ketika melukis. Dalam kaitannya dengan para pelukis formalis, maka fungsi teksur dapat berubah sebagai unsur yang berdiri sendiri, artinya tidak ada berkaitan dengan tujuan eksternal tertentu, bagi mereka penggarapan tekstur semata-mata untuk mencapai efek estetis dalam kesatuan lukisan. Perhatikan lukisan karya Ahmad Sadali (gambar 4), yang menggunakan tekstur nyata dengan latar pewarnaan yang kelam, kemudian diberi aksentuasi warna-warna emas. Sedangkan pada gambar 5, Fajar Sidik menyajikan karya lain dengan latar warna cerah merah dan menyajikan bentuk-bentuk lingkaran, segi tiga, trapesium dan lain-lain. Bentuk-bentuk itu diisi dengan warna merah, hijau tua, hijau muda, merah jambu, biru laut, oranye dan kuning gading.
Pengertian Dasar Seni Lukis
Gb 5. Lukisan Fajar Sidik

Fajar Sidik berusaha menggabungkan peralihan bentuk pada lukisannya dengan warna komplementer merah-hijau dalam intensitas warna yang berlainan. Efek pengisian warna pada motif berwarna gelap menghasilkan garis yang tegas di sekeliling motif tadi. Hal ini menimbulkan efek ritmis yang dinamis hampir di seluruh bidang kanvas. Bentuk dan warna bulan sabit tampil sebagai keunikan lukisan (singular sign).

Jika seseorang mengamati permukaan suatu lukisan dan mendapat kesan kasar, kemudian meraba lukisan tersebut dan ternyata benar-benar kasar. Atau sebaliknya kesan pengamatan memberi kesan halus, ketika diraba ternyata juga halus, maka jenis tekstur seperti itu disebut tekstur nyata (actual texture), karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan memiliki kualitas yang sama. Jika seseorang mendapat kesan kasar pada pengamatan permukaan objek lukisan, sementara hasil perabaannya sesungguhnya halus, atau kesan pengamatan halus dan kesan raba kasar, maka jenis tekstur seperti ini disebut tekstur semu (simulated texture atau synthetic texture), Karena antara hasil pengamatan dengan kenyataan sesungguhnya tidak sama tapi berbeda atau tidak nyata. Biasanya tekstur seperti ini dihasilkan dari efek permainan warna, pola, nada, dan garis.

5. Bentuk
Semua karya seni rupa tentu memiliki bentuk, apakah bentuk tersebut realistik atau abstrak, representasional atau non representasional, dirancang dengan cermat atau dihasilkan dengan spontan. Apapun jenis dan aliran seni lukis, semuanya merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni. Dalam teori seni, pemakaian istilah bentuk merupakan terjemahan dari bahasa Inggris "shape", sedangkan istilah wujud merupakan terjemahan dari "form". Bentuk biasanya diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang disebut rupa atau wujud. Wujud mengandung pengertian yang khas dalam konteks seni rupa. Bentuk dalam pengertian seni lukis memiliki banyak segi, ada bentuk figuratif, bentuk semi figuratif dan bentuk non figuratif. Bentuk figuratif bisa menghasilkan bentuk imitatif yaitu berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam (keindahan alam pegunungan, fauna, flora, pantai, daerah pertanian, potret, dalam setting alamiahnya) atau bentuk-bentuk ciptaan manusia (seperti pabrik, istana, kota, menara, pelabuhan, hotel, dan lain-lain) objek ini di lukis persis seperti keadaan aslinya. Karya-karya yang dihasilkan dengan sendirinya secara alami cenderung menjadi naturalisme atau realisme. Jika kehadirannya dipicu oleh kehidupan bawah sadar pencipatanya, maka bisa pula menciptakan karya-karya surealisme seperti pada karya-karya Sudibio, Salvador Dali, atau Ivan Sagito.

Bentuk semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk yang telah dirubah dari bentuk asal menjadi bentuk yang lebih estetis sesuai dengan cita rasa penciptanya. Dengan gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan teknik pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan perubahan-perubahan lain dari objek yang dilukis, semuanya ditujukan untuk maksud-maksud tertentu sebagai pengungkapan pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk geometris, teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib, teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai dengan kebutuhan. Bentuk dalam konteks ini bisa dihasilkan dari analisis bentuk alam menjadi bentuk dasar dengan kebebasan yang bervariasi, seperti lukisan kubisme, optical art dan sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif, dan bisa pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak lagi menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam kehidupan keseharian. Jika pelukisan menjadi bidang warna yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang dihasilkan menjadi neo plastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau color field painting, seperti karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika pelukisannya disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak ekspresionisme seperti karya Jackson Pollock. Atau jika bentuk itu tidak berupaya mencapai efek tiga dimensional disebut bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali, atau karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis dan lain-lain.


Sumber : S.C. Bangun dkk. Buku Seni Budaya SMK/MA/SMA/MAK Kelas IX Semester I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014
Dicopy dari : http://sma-senibudaya.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar